
- Penghulu Kampung Teluk Batil, Kunjungi Rumah Warga yang Menderita Sakit
- Kapolsek Kuala Kampar Hadiri Pelantikan Panwaslu Kelurahan/Desa Kecamatan Kuala Kampar
- Bupati Alfedri Harap PPNI Mampu Bersinergi Dengan Pemkab Siak
- Senin Awal Pekan Ini Sosialisasi Komcad Koramil 02/Sungai Apit
- Senin 6 Februari, Babinsa Koramil 02/SA Laksanakan Kegiatan Babinsa Masuk Dapur Warga Binaan
- Senin 6 Februari, Pendampingan Penyemprotan Disinspektan PMK Team URC Ternak di Sungai Kayu Ara
- Kegiatan Penanggulangan Karhutla di Wilayah Koramil 02/Sungai Apit, Senin 6 Februari
- Senin 6 Februari, Babinsa Koramil 06/ PWK Sabak Auh Sosialisasi Protokol Kesehatan di Kampung Bandar
- Berikut Kegiatan Penanggulangan Karhutla di Wilayah Koramil 06/PWK Sabak Auh, Senin 6 Februari
- Bupati H Zukri Ngopi Malam Merajut Silaturahmi Bersama Wartawan
Tertangkap Teleskop di Hawaii, Begini Detil Permukaan Matahari

Keterangan Gambar : Detil permukaan matahari yang tertangkap teleskop di Hawaii (NSO/NSF/AURA)
BERMADAH.CO.ID - National Science Foundation berhasil mengambil foto permukaan matahari yang diklaim paling detil dengan menggunakan Teleskop Surya Daniel K. Inouye (DKIST) yang berada di Haleakala, Hawaii. Foto tersebut memberi pandangan baru dan membawa lebih dekat kepada pemecahan misteri lama terkait matahari.
Melansir Technology Review, gambar yang diambil oleh DKIST menunjukkan permukaan matahari terbagi menjadi sel-sel sebesar Kota Texas yang terpisah, seperti bagian yang retak di tanah gurun. Di dalam gambar itu juga terlihat plasma mengalir naik dari permukaan ke udara sebelum tenggelam kembali ke jalur yang lebih gelap.
"Kami sekarang telah melihat detil terkecil pada objek terbesar di tata surya kita (matahari)," kata Direktur DKIST Thomas Rimmele.
Gambar permukaan matahari diambil DKIST pada 10 Desember 2019 . Sedangkan pengamatan formal pertama dilakukan pada Juli 2019.
Diberitakan, DKIST diklaim dapat mengamati struktur di permukaan matahari sekecil 18,5 mil (30 kilometer). Resolusi yang dimiliki DKIST dikaim lima kali lebih baik dari pada resolusi pendahulunya Richard B. Dunn Solar Telescope yang berada di New Mexico.
DKIST secara khusus dirancang untuk membuat pengukuran yang tepat dari medan magnet matahari di seluruh korona (wilayah terluar atmosfernya) dan menjawab pertanyaan seperti mengapa korona jutaan derajat lebih panas daripada permukaan matahari.
Tak hanya mengambil gambar permukaan, National Science Foundation juga berencana mengumpulkan data yang berkaitan dengan suhu, kecepatan, dan struktur matahari pada pertengahan 2020.
Proses pengamatan matahari sejatinya tidak bisa hanya membangun teleskop dengan cara kuno. DKIST merupakan teleskop dengan salah satu sistem optik adaptif surya yang paling kompleks di dunia.
Seperti diberitakan, DKIST menggunakan cermin yang dapat dideformasi untuk mengimbangi distorsi yang disebabkan oleh atmosfer Bumi. Tim DKIST juga membangun kolam renang es dan 7,5 mil pendingin pipa karena menatap matahari membuat teleskop cukup panas dan melelehkan logam.
Alasan mengapa perlu melihat lebih dekat ke matahari karena ketika atmosfir matahari melepaskan energi magnetnya menghasilkan fenomena ledakan seperti suar matahari yang melemparkan partikel berenergi ultra ke segala arah, termasuk ke Bumi.
Sementara, cuaca antariksa akibat fenomena di matahari ini dapat menimbulkan kerusakan pada berbagai hal, seperti GPS dan jaringan listrik. Mempelajari lebih banyak aktivitas matahari juga bisa memberi lebih banyak perhatian terhadap cuaca berbahaya akan terjadi.
Melansir Forbes, DKIST adalah teleskop pengamatan matahari terbesar di dunia yang dibangun oleh NSF's National Solar Observatory dan dikelola oleh Association of Universities for Research in Astronomy (AURA).
DKIST berada di puncak gunung berapi Haleakala setinggi 10.000 kaki di Pulau Maui, Hawai. Nama teleskop berasal dari nama seorang senator AS dari Hawaii yang pejuang ilmu, teknologi, teknik, dan matematika Daniel K. Inouye.
Presiden AURA Matt Mountain berambisi DKIST dapat memprakirakan cuaca luar angkasa lebih akurat.
"Di Bumi, kita dapat memperkirakan apakah hujan akan turun dengan cukup cepat di mana saja di dunia dengan sangat akurat. Sedangkan cuaca ruang angkasa belum ada," kata dia.(***)
Sumber: cnnindonesia.com
Berita Terkait
- Suhu Planet Terpanas di Ekstrasurya Ini Diketahui Capai 4.300 Derajat Celcius0
- Ini Cara Ilmuwan Mengubah Debu Menjadi Oksigen di Bulan0
- Misi ke Bulan, Pesawat Ruang Angkasa India Hilang Kontak6
- Ekspansi Jaringan Baru 4G Plus Indosat Ooredoo Semakin Meluas di Wilayah Pekanbaru1
- Selama Perayaan Natal 2018, Jaringan Indosat Ooredoo Layani Pelanggan dengan Baik0
- Objek Dikabarkan Planet Terjauh dari Bumi Ditemukan0
- Kini, Xpander Jadi Pilihan Kendaraan Operasional Garuda Indonesia0
- NASA Kembali Temukan Bukti Kehidupan di Mars0
- Aplikasi My Blue Bird Perkuat Akses Layanan di Pekanbaru0
- Pemuda Temanggung Ciptakan Drone Penyemprot Tanaman0
Berita Populer
- Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Peran Forum Anak Siak Sangat Penting
- Tenggelam 300 Tahun, Kapal Harta Karun Senilai Rp240 Triliun Ditemukan
- Dibangun dengan Dana Lebih Rp4 Triliun, Begini Kemewahan Rumah Termahal Sejagat
- Pesawat Jatuh Timpa Halaman Rumah, Seluruh Penumpang Tewas
- Ini Ramuan Ala Rumahan Atasi Kerutan di Bawah Mata
- Akhirnya, Bayi yang Ditemukan dalam Kantong Plastik, Kini Memiliki Orangtua Angkat
- Pelaku Begal Tewas Dicelurit Korbannya
- Dipadati Ribuan Jamaah, Ustadz Yusuf Mansur Ajak Umat Muslim Bali Bersedekah
- Jadi Mualaf dan Mulai Puasa, Kiper Timnas Swedia : Menjadi Muslim, Saya Menemukan Agama Yang Indah
