Rusuh, New York Perpanjang Jam Malam

By Bermadah 04 Jun 2020, 00:47:36 WIB Internasional
Rusuh, New York Perpanjang Jam Malam

Keterangan Gambar : New York memperpanjang pemberlakuan jam malam hingga 7 Juni untuk mengatasi kerusuhan akibat protes antirasisme. (AP/Wong Maye-E). (cnnindonesia.com)


BERMADAH.CO.ID, AMERIKA SERIKAT - Pemerintah negara bagian New York, AMERIKA SERIKAT (AS) mengumumkan memperpanjang jam malam hingga 7 Juni. Wali Kota New York Bill de Blasio mengatakan perpanjangan jam malam dilakukan setelah demo kematian George Floyd berujung kerusuhan dan aksi penjarahan.

Jam malam di New York berlaku mulai Senin (1/6) mulai pukul 11 malam. Pemberlakuan jam malam dilakukan untuk mencegah massa yang menjarah toko-toko barang mewah di Manhattan.

De Blasio juga menyebut pihaknya tidak akan mengikuti permintaan Donald Trump untuk mengerahkan militer saat mengawal aksi protes.

Diberitakan, sekitar 36 ribu aparat Kepolisian New York (NYPD) dikerahkan untuk menangani aksi kerusuhan.

"Kami akan segera mengambil langkah-langkah untuk memastikan kedamaian dan ketertiban di tengah aksi protes warga," ujar de Blasio.

Mengutip AFP, sejumlah toko di Midtown seperti Michael Kors, Nike, dan Lego dirusak dan dijarah massa pada Selasa (2/6) usai aksi demo berujung kerusuhan pada Senin malam.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memiliki sebuah rumah di New York yang berada dekat dengan toko-toko barang mewah.

Dikatakan De Blasio, New York akan mengakhiri jam malam jika kondisi mulai kondusif.

Selain New York, Washington DC juga memberlakukan jam malam untuk membubarkan demonstran dan mencegah aksi penjarahan.

"Saya menerapkan jam malam pada pukul 7 malam. 25 menit sebelum jam malam berlaku dan tanpa disulut provokasi, kepolisian federal menggunakan amunisi terhadap para pedemo yang berunjuk rasa dengan damai di depan Gedung Putih," kata Bower dalam kicauannya di Twitter, Senin (1/6).

"Itu semua hanya akan mempersulit tugas (kepolisian Washington DC)," kata Bowser seperti dilansir CNN.

Gelombang protes anti rasisme telah terjadi dalam sepekan terakhir setelah kematian George Floyd usai ia dijatuhkan ke tanah dan lehernya ditekan menggunakan lutut oleh polisi.

Ribuan Tentara AS Siaga

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyatakan sekitar 1.600 pasukan militer aktif telah dikerahkan ke Washington DC untuk membantu pihak berwenang sipil mengawasi demonstrasi.

Ribuan tentara itu dikerahkan dari markas di Fort Bragg dan Fort Drum ke ibu kota pada Senin malam.

"Tidak ada pasukan aktif yang dikerahkan di Washington DC sampai saat ini, tetapi pasukan aktif telah ditempatkan di pangkalan militer di National Capitol Region," ucap juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman kepada CNN pada Selasa (2/6).

Hoffman menganggap pengerahan pasukan itu merupakan "langkah perencanaan yang bijaksana".

"Pasukan berada pada status siaga tinggi tetapi tetap berada di bawah kewenangan Title X dan tidak terlibat dalam mendukung operasi pihak berwenang sipil," ujar Hoffman.

Pengerahan pasukan ini berlangsung setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengerahkan unsur militer demi menegakkan ketertiban di Amerika Serikat yang belakangan rusuh akibat demonstrasi besar.

Demonstrasi anti-rasisme itu dipicu oleh kematian seorang warga kulit hitam asal Minneapolis pada awal pekan lalu, George Floyd, pada 25 Mei lalu.

Floyd meninggal setelah kehabisan napas usai lehernya ditekan oleh lutut seorang petugas kepolisian yang tengah menangkapnya.

Demonstrasi pertama kali pecah di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru AS, bahkan dunia. 

Aksi protes semula berlangsung damai. Namun, kerusuhan tidak terelakkan dalam unjukrasa yang terjadi di beberapa wilayah di AS.

Meski Trump telah mengisyaratkan pengerahan pasukan militer, beberapa pejabat Pentagon mencoba menegaskan bahwa belum saatnya melibatkan campur tangan angkatan bersenjata dalam menangani demonstrasi saat ini.

"Ada keinginan yang kuat dari penegakan hukum wilayah setempat untuk bertanggung jawab," kata seorang pejabat Pentagon.

Ia menuturkan pengerahan militer untuk menindak para pedemo juga tidak seusai dengan undang-undang negara. Hukum AS melarang pasukan militer melakukan penegakan hukum di dalam negeri.(***)

Sumber: cnnindonesia.com




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment



Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.


Jajak Pendapat



Komentar Terakhir

  • PelangiQQ

    Ah.. paling bentar ajaa tu - Dapatkan bonus melimpah untuk member baru !! Hanya di ...

    View Article
  • Pelangipoker

    Semoga hukum dapat ditegakkan walaupun melawan orang berduit - Dapatkan bonus untuk member baru ...

    View Article
  • Pokerpelangi

    Udah dapat keja lain mungkin. Habis lama kali diterima PNS - Poker online bonus terbesar untuk ...

    View Article

Video Terbaru

View All Video